- 01/12/2022
- Posted by: Kubik Leadership
- Category: Articles

Dalam kelas training, seminar, maupun sesi coaching yang saja lakukan, seringkali saya mendapatkan seorang peserta mengeluh tentang atasannya. “Atasan saya tidak pernah mensupport saya, malahan justru menghambat kinerja saya pak.” “Atasan saya itu tidak pernah mengapresiasi hasil kerja saya pak.”, Atasan saya itu bisanya cuma menuntut saja tapi tidak pernah mau tahu keadaan yang sebenarnya.” “Saya tidak akan pernah bisa berkembag bekerja dibawah dia, Pak.”
Itu hanyalah sebagian kecil dari curahan hati dari ribuan peserta. Dan itu terjadi tidak hanya di organisasi kecil, juga di perusahaan-perusahaan besar yang memiliki anggaran pelatihan yang tidak sedikit untuk para pimpinannya. Jadi sudah pasti mereka telah banyak ikut sesi-sesi pelatihan kepemimpinan. Bisa jadi tidak hanya sekali, tapi berkali-kali.
Lalu kenapa mereka masih saja tidak memenjalankan peran kepemimpinannya dengan baik? Jawabnya adalah karena kepemimpinan berawal dari dalam hati. Hati tidak bisa berpura-pura. So you don’t take leadership for granted. Hanya karena Anda adalah seorang pimpinan di organisasi (pejabat), bukan berarti secara otomatis Anda menjadi seorang pemimpin. Itu dua hal yang berbeda. Dalam artikel saya berikutnya, saya akan uraian perbedaan diantara keduanya. Setelah itu Anda boleh putuskan, selama ini Anda termasuk yang mana ya?