- 02/09/2022
- Posted by: Kubik Leadership
- Category: Articles

Hai Leaders,
Pada saat saya mendampingi para Leader dalam pelatihan coaching, beberapa kali saya menemukan para Leader tidak nyaman dalam keheningan yang terjadi saat praktek coaching. Ketika Leader mengajukan pertanyaan, kemudian Coachee-nya diam, mereka segera berbicara kembali. Entah itu untuk memperjelas (“maksud pertanyaan saya itu gini…”) atau mengganti pertanyaan (“ya udah, gini aja deh pertanyaan saya…”), atau memberikan contoh (“mungkin Anda mau melakukan… atau…”).
Selaras dengan temuan tersebut, usai praktek, saya juga beberapa kali mendapat pertanyaan: ‘Gimana ya kalau Coachee saya malah diam pas saya tanya?’
Pertanyaan saya, ‘apakah diam selalu berarti coaching-nya ga bekerja?’
Di dalam definisi coaching dari ICF (International Coach Federation), coaching adalah sebuah bentuk kemitraan dengan klien di dalam proses yang memprovokasi pikiran dan kreativitas untuk menginspirasi klien memaksimalkan potensi baik secara personal maupun profesional.
Saya mengajak Leaders melihat bagian ‘proses yang memprovokasi pikiran dan kreativitas.’ Bila yang dilakukan coaching adalah demikian, wajar sebetulnya ketika ada jeda diam. Saat Anda mengajukan pertanyaan yang sangat powerful, yang bahkan tidak pernah terbersit oleh Coachee sebelumnya, pertanyaan itu akan memprovokasi Coachee untuk keluar dari zona nyamannya.
Begitu ia berada di luar zona nyamannya, bisa jadi ada beragam emosi yang timbul. Bisa terkejut, sehingga dia diam merenungi kok bisa ada pertanyaan kayak gitu. Contoh yang pernah saya alami, Coachee diam setelah saya tanya singkat, “apa pentingnya mikirin hal itu?” setelah diam beberapa lama, “apa pentingnya? Iya ya.. lah aku mikirin aja terus.. tapi ga pernah kepikiran apa pentingnya mikirin itu. Kalau saya ga punya alasan, ngapain saya mikirin terus ya??”
Ada juga yang bingung, sehingga dia diam mencari-cari jawabannya. Contoh, ketika saya bertanya, “jadi yang sebenarnya kamu mau apa?” Setelah diam cukup panjang, dia mengatakan, “iya ya.. apa yang sebenarnya saya mau.. yang saya mau.. yang saya mau….” di awal ia tersendat-sendat, namun lama-kelamaan ia menjadi semakin lancar menemukan apa keinginannya.
Atau setelah diam, dia bilang, “saya ga tahu.” Bisa jadi karena merasa tidak nyaman berada di luar zona. Maka, saya akan coba meresponnya dengan “coba deh cari tahu.. take your time, gapapa. Saya tunggu.” Ini adalah isyarat bahwa gapapa kok kalau Coachee mau diam dan mikir dulu. Santai aja. Kalau untuk kejadian yang ini, saya tidak langsung dapat jawaban saat sesi berlangsung. Baru pada pertemuan berikutnya, ia menemukan jawabannya.
Memberikan ruang untuk diam dan mengendapkan percakapan bisa menjadi sebuah momen yang justru penting dalam percakapan coaching. Dari jeda diam ini, Coachee bisa menemukan sesuatu yang penting dari dalam dirinya. Kadang mungkin kita ga sadar bahwa saat kita berbicara terus itu ternyata mendistraksi Coachee dari proses internalnya. Maksud kita sebenarnya baik, ingin membantu Coachee untuk menemukan jawabannya. Kalau ternyata diam bisa membantu, kenapa tidak?
Rising Star Partner
Career Development Trainer & Coach
www.facebook.com/yourcareerpartner
www.facebook.com/groups/bintangkarier
***
Kubik Leadership, Coaching dan Consulting menghadirkan workshop coaching pada tanggal 15-16 September 2016 di The Park Lane, Kuningan Jakarta bagi Anda yang ingin menjadi sekaligus melahirkan REVOLEADER.
Daftarkan diri Anda segera untuk mendapatkan petunjuk praktis dan strategis dalam membentuk para leader yang siap menghadapi berbagai macam tantangan.
Informasi lebih lanjut hubungi (021) 781-3030 atau 082-111-999-022.