Coaching Anda selama ini salah
- 26/12/2022
- Posted by: Kubik Leadership
- Category: Articles
Istilah coaching kini merupakan kata populer dan sering disebut dalam suatu percakapan yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Organisasi masa kini sadar akan fungsi coach dalam organisasinya, untuk itu sebagai seorang atasan diharapkan bahwa dia mampu berperan ganda sebagai seorang Leader dan Coach dalam upaya memaksimalkan potensi karyawannya. Julukan ‘Coach’ sering diberikan kepada seseorang yang berperan untuk membantu memperbaiki kehidupan atau kinerja orang lain. Adapun definisi ‘coaching’ menurut ICF (International Coach Federation) adalah sebuah bentuk kerjasama dengan klien (Coachee) dalam menstimulasi pikiran dan proses yang kreatif dari mereka, sehingga dapat mengispirasinya untuk memaksimalkan potensi, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam karier profesionalnya.
Sebelum membahas tentang beberapa hal yang salah dalam peran kita sebagai coach. Perlu kita pahami bahwa coaching secara alamiah merupakan bagian dari kehidupan seperti dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa coaching sudah ada sejak dahulu. Namun bagi yang mengetahui atau menggeluti dengan berbagai tools, pendekatan maupun metodologi canggih dalam pengembangan SDM, coaching merupakan suatu ilmu bahkan profesi baru.
Jika dulu kita hanya mengenal coach untuk meningkatkan kinerja hanya didunia olah raga atau team, pada era tahun 60an di Amerika orang mulai mengadopsi model coaching dalam dunia kerja. Pemahaman dan kesadaran diri dari bawahan atau kita sebut coachee, membuat dia menjadi percaya diri dan memberdayakan pada perspektif baru, sehingga menimbulkan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan baru yang sebelumnya belum confident untuk diraih. Coaching adalah inspirasi dan optimalisasi pada sebuah performa baik dalam kehidupan pribadi atau karier profesional.
Peran seorang coach secara konkret tidak hanya diukur dengan kemampuannya dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan yang dalam dan inspiratif. Tetapi ada beberapa keahlian dasar lainnya yaitu membangun suasana kondusif, membantu tim mengenal value yang diinginkan dan mendudukkan yang penting dan mencari solusi dalam rangka mengoptimalkan performanya untuk mencapai suatu yang diinginkannya.
Apabila proses coaching tersebut berjalan dengan baik maka akan berdampak pada : Meningkatkan kualitas dan kuantitas tim dalam bekerja (productivity), Meningkatkan kemampuan tim dalam menyelesaikan masalah (capability), Meningkatkan keyakinan dan percaya diri bahwa tujuan dapat mereka capai (independency), Meningkatkan kemampuan belajar tim (learning growth), Meningkatkan komunikasi atasan-bawahan (intimacy)
It is not about me (the coach) but it is about you (the coachee)
Lalu Dimana Salahnya?
Akan sulit untuk melakukan coaching dengan benar dan berkesinambungan jika anda mempercayai mitos-mitos yang masih berkembang.
Berikut adalah beberapa mitos yang paling umum mempengaruhi seseorang dalam melakukan coaching sbb ;
Memberikan arahan untuk membantu tim menyelesaikan masalah
Sebagian orang masih memiliki asumsi keliru bahwa coach berperan memberaikan arahan kepada tim dan turut menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Hal ini dapat membuat tim menjadi kurang percaya diri. Meskipun mereka telah menemukan komitmen dan langkah langkah implementasi dan solusi. Karena pengalaman, wawasan juga otorisasi sebagai seorang pemimpin, kita kerap tidak sabra dalam proses penaggalian pada sesi coaching dengan tim. Ketidaksabaran kita pada akhirnya bias menimbulkan tindakan sok tahu atau melontarkan pertanyaan tendensius untuk mendapatkan jawaban sesuai dengan pengalaman kita sebelumnya
Ditujukan untuk yang bermasalah
Anggapan keliru ini disebabkan oleh pemahaman yang terbatas tentang coaching atau persepsi coaching yang disamakan dengan kegiatan lain seperti councelling atau terapi. Oleh sebab itu dalam, dalam pelaksanaannya proses coaching lebih banyak menggali tentang tentang ‘mengapa masalah tersebut terjadi’ (problem focus), bukan membawa seseorang pada upaya upaya berfikir kreatif untuk mencari solusi terbaik (solution focus)
Digunakan hanya dalam penilaian kinerja
Coaching seringkali disamakan dengan kegiatan penilaian kinerja (personal appraisal), akibatnya coaching hanya dilakukan pada moment itu saja. Coaching akan lebih berdampak ketika dilakukan secara berkelanjutan sepanjang proses kerja. Dengan demikian tim dapat menunjukkan kemajuan penvapaian kerja yang significan dalam waktu yang lebih cepat.
Membutuhkan waktu dan tempat khusus
Anda kerap membayangkan coaching seperti halnya seorang pasien yang sedang berobat atau control kepada dokternya di salah satu klinik atau rumah sakit. Padahal coaching tdak harus dilakukan secara formal dalam ruang dan posisi tertentu.
Dari pengalaman saya membantu para pemimpin agar konsisten menjalankan aktivitas coaching, hambatan yang paling sering disampaikan adalah : “tidak ada waktu”. Hal ini terjadi karena : Pekerjaan yang sudah banyak sehingga sulit mengalokasikan untuk waktu coaching. Kalaupun ada waktu, ternyata sulit menemukan saat kosong yang cocok antara anda dengan anggota tim. Disamping persepsi bahwa coaching telah dianggap sebagai beban tambahan dari pekerjaan yang sudah ada. Belum lagi tantangan yang bersumber dari lingkungan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, saya ingin mengundang Anda untuk melihat coaching sebagai sesuatu yang tidak kaku, tetapi DINAMIS. Maksudnya, bentuk dan teknik perlu menyesauaikan dengan situasi di mana coaching itu dilakukan, tetapi tetap tidak keluar dari pakem pakem dasar. Yaitu : Mendudukkan diri setara dengan anggota tim, memprovokasi piiran dan kreatifitas sehingga melahirkan inspirasi yang dapat memaksimalkan potensi diri baik secara personal maupun professional.
Jadi, SIAPKAH ANDA?
Atok R Aryanto
People Development Coach