Kaca Spion dan Lampu Depan
- 01/09/2022
- Posted by: Kubik Leadership
- Category: Articles
Sahabat saya tertunduk lesu sambil mengaduk kopi hitam di depannya. Sebagai teman yang baik saya berusaha berempati dengan mendengarkan apa yang tengah diceritakannya. Usahanya berkembang pesat sejak sekitar 10 tahun belakangan. Tidak hanya pandai menciptakan produk yang terbukti diterima pelanggannya, sahabat saya tadi piawai dalam membangun tim sehingga perusahaannya menjadi besar seperti sekarang. Dia aktif melakukan rekrutmen orang-orang terbaik, menempa kemampuan mereka, dan menerapkan sistem bisnis modern yang memungkinkan kinerja tim diukur dan dimonitor setiap waktu.
Lalu dimana masalahnya? “Penjualan dua tahun ini terus menurun Kang …” tutur teman saya tadi. “Kinerja tim saya mengecewakan, dan saya maupun tim saya, tidak tahu dimana kesalahan kami, apalagi menemukan cara untuk memperbaikinya”. Kaget juga saya mendengarnya, karena saya tahu betul reputasi dan kemampuan teman saya ini. “Darimana Mas tahu kinerja Tim mengecewakan?” saya bertanya dengan tulus untuk menunjukkan perhatian saya.
Teman saya kemudian bercerita panjang lebar tentang goal perusahaan, strategi perusahaan dan eksekusi yang diukur melalui pencapaian Key Performance Indicators (KPI) yang diturunkan untuk setiap divisi hingga level individu perusahaan. Karena KPI terukur dengan baik, maka dengan mudah sahabat saya ini bisa mengetahui capaian KPI tim, dan bisa segera melakukan langkah-langkah koreksi ketika KPI tidak tercapai. Dan ini sudah berjalan baik hampir 10 tahun. “Wah keren sekali. Lalu dimana masalahnya Mas?” Saya mencoba menggali lebih jauh.
“Penetapan goal, strategi dan rencana eksekusi maupun monitoringnya sudah baik Kang, hanya saja perubahan-perubahan ekstrim seringkali membuat rencana kami, sebaik apapun itu, sudah tidak relevan lagi. Dan tim saya selalu tidak mampu mengantisipasi perubahan-perubahan tadi, karena mereka hanya fokus dengan pencapaian KPI”. Saya mulai paham tantangan yang sedang dihadapi teman saya ini.
Tim hebat yang dipimpin sahabat saya ini telah melakukan langkah yang baik dengan memonitor KPI secara menyeluruh. Namun tentu saja, informasi yang tersaji dalam setiap pengukuran performa bisnis pada dasarnya adalah informasi masa lalu. Seperti mengendarai mobil, menggunakan informasi masa lalu adalah seperti menggunakan kaca spion untuk memastikan bahwa mobil yang kita kendarai telah melewati jalur yang tepat. Tidak ada salahnya melihat masa-lalu, namun di era perubahan ekstrim yang terjadi di lingkungan bisnis hari ini, tentu saja “kaca spion” tidak cukup. Performa masa lalu tidak dapat digunakan untuk meramalkan hasil di masa depan.
Tantangan bisnis yang harus kita respon, terjadi di masa yang akan datang. Celakanya masa depan sering kali gelap gulita. “Jangankan masa depan, masa sekarang saja gelap Kang!” sahut teman saya mulai bisa tersenyum. Saya setuju dengan ungkapan teman saya tadi. Masa sekarangpun “gelap” karena begitu banyak faktor yang tidak bisa lagi diprediksi semudah dulu. Preferensi dan kebiasaan pelanggan yang berubah, pola komunikasi pelanggan berubah, kompetisi baru yang datang bukan dari perusahaan sejenis, fluktuasi harga bahan baku yang diluar siklus yang biasa, dan lain-lain, telah membuat prediksi dan asumsi tidak lagi mudah digunakan. Gelap.
Lalu saat jalan yang terbentang ke depan gelap gulita, apa yang kita perlukan? Ibarat mengendarai mobil, kita butuh lampu depan. Kalau dalam bisnis, apa yang harus kita lakukan? Bukankah sudah ada berbagai alat ukur, KPI, dashboard, metrics, atau apapun namanya? Tools apapun yang dapat kita gunakan untuk mengukur performa, tentu perlu digunakan. Namun untuk dapat “melihat dalam gelap” kita perlu mengasah ketrampilan tim untuk membayangkan kondisi di masa depan.
Aktivitas bersama tim untuk mengkonstruksi kondisi terbaik yang ingin diwujudkan di masa depan, dan menyusun langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya, akan membantu tim yang saat ini hanya terpaku pada masa lalu. “Hmm.. mampu membayangkan kondisi terbaik di masa depan, sepahit apapun kondisi hari ini ya Kang? Saya suka ini” teman saya manggut-manggut sambil tersenyum lebar. “Betul sih, pantesan saja mereka hanya memikirkan KPI, kan setiap meeting saya hanya bahas KPI. Saya memang tidak pernah menantang mereka untuk melihat masa depan Kang”. Teman saya kini tertawa lebar.
Saya senang sahabat saya hari itu mendapat pemahaman baru yang semoga mencerahkannya. Setiap pemimpin bisnis menjalankan berbagai peran ketika berhadapan dengan tim yang dipimpinnya. Ada kalanya dia mengarahkan, ada kalanya dia melakukan controlling dan evaluasi, namun pada saat dibutuhkan, pemimpin bisnis harus dapat menantang tim agar mampu melihat kedepan dan menyusun langkah konkret untuk mewujudkannya, dengan cara menjadi seorang COACH bagi timnya.
Fauzi Rachmanto
Business Owner, Coach Kubik Leadership
www.kubik.co.id
***
Kubik Leadership, Coaching dan Consulting menghadirkan workshop coaching pada tanggal 15-16 September 2016 di The Park Lane, Kuningan Jakarta bagi Anda yang ingin menjadi sekaligus melahirkan REVOLEADER.
Daftarkan diri Anda segera untuk mendapatkan petunjuk praktis dan strategis dalam membentuk para leader yang siap menghadapi berbagai macam tantangan.
Informasi lebih lanjut hubungi (021) 781-3030 atau 082-111-999-022.