Monday Knowledge: 6 Hal Yang Harus Dilakukan Leader Untuk Mempersiapkan Tim di 2019
- 07/11/2022
- Posted by: Kubik Leadership
- Category: Articles
Dalam edisi Monday Knowledge sebelumnya, kita sudah mengeksplorasi industri 4.0 dan bagaimana Leader perlu bertransformasi untuk memimpin segala bentuk perubahan yang menjadi konsekuensi. Tentunya tak cukup kesiapan memimpin diri, namun juga kemampuan memimpin tim agar siap mendukung dengan energi terbaiknya.
Tim tidak akan siap bila pemimpin dan organisasi masih melakukan hal yang serupa pada tenaga kerjanya. Di era industri 4.0 ini, banyak dari mereka yang berinvestasi dalam teknologi baru, namun beroperasi dengan strategi SDM yang sudah tidak relevan. Pada akhirnya, gap antara kualitas tim dengan kebutuhan proses kerja semakin melebar.
Jelas dari laporan yang dikeluarkan McKinsey Global Institute, bahwa 375 juta pekerja global pada tahun 2030 akan membutuhkan perubahan deskripsi kerja setelah digitalisasi, automasi, dan kemajuan artificial intelligence mendisrupsi dunia kerja.
Empat tahun dari sekarang atau kurang dari itu, sepertiga set keterampilan yang dipandang penting pada saat ini tidak akan dianggap penting lagi. Evolusi keterampilan ini dibahas di dalam laporan The Future of Jobs oleh World Economic Forum. Salah satu yang terangkum adalah, keterampilan active listening dan quality control terganti dengan emotional intelligence dan cognitive flexibility. Sementara creativity dan critical thinking yang sudah ada, kini derajat kepentingannya semakin tinggi.
Maka bagaimana Leader perlu mengatur strategi untuk mempersiapkan tim? Studi dari Mitrefinch dapat menjadi pertimbangan bagi Anda. Ada enam strategi yang perlu diperhatikan yaitu pertama, pengembangan keterampilan baru. Tim tidak hanya dibiarkan ahli dalam penggunaan computer, namun memperluas set keterampilan mereka dengan berlatih pengambilan keputusan berbasis data.
Artinya, kurangi waktu untuk tugas-tugas yang terprediksi dan repetitif. Perbanyak waktu untuk interpretasi data dan analisa trend untuk menghasilkan usaha-usaha kreatif yang memberi nilai tambah untuk organisasi.
Kedua, restrukturisasi tim. Dengan anggota tim yang lebih melek teknologi ikut bergabung dalam kelompok kerja, terjadi peluang untuk memberi energi baru, menghidupkan kelompok, dan membantu anggota lain memahami cara kerja teknologi dengan mempertahankan proses kerja yang sudah berjalan baik sebelumnya.
Strategi ketiga adalah mengakrabkan teknologi. Tim akan lebih nyaman dan tidak terintimidasi dengan teknologi yang baru dan kompleks ketika mereka memahami prinsip dasar dari cara kerjanya. Lakukan briefing rutin terkait upgrade teknologi baru di industri 4.0 yang sudah harus digunakan organisasi, sehingga tim semakin terbiasa.
Strategi keempat adalah mengklarifikasi peran. Kepemimpinan tim yang baik dibutuhkan untuk mencegah menurunnya produktivitas karena bingung dengan peran dan posisi yang mengalami perubahan. Arahan yang jelas membantu agar tidak terjadi salah paham atau kekhawatiran akan kehilangan stabilitas kerja.
Strategi kelima, mendorong tim untuk terus belajar sesuatu yang baru, baik yang relevan saat ini dengan pekerjaan, maupun hal-hal lain yang diminatinya dan memiliki benang merah dengan organisasi. Strategi
keenam adalah menjaga saluran komunikasi tetap jelas. Dorong tim untuk berbagi informasi, jangan hanya menyimpan untuk diri sendiri. Pastikan aliran komunikasi untuk informasi yang dapat menjadi pembelajaran bagi semua dapat diakses dengan mudah.
Selain keenam strategi di atas, hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh Leader adalah memastikan tim-tim yang telah menjelma menjadi semakin cerdas dan gesit ini, juga mahir berkolaborasi. Bagaimana agar semua tim bersedia bekerja sama untuk mencapai keuntungan bersama dengan mengintegrasikan perspektif yang berbeda dalam inovasi.
Kepekaan leader dibutuhkan untuk menetapkan sasaran kolaborasi dan reward bagi semua yang terlibat. Riset yang ditayangkan di Harvard Business Review menyebutkan bahwa perusahaan yang berhasil memiliki performa tinggi ternyata lebih sering 3 sampai 5 kali lipat memberi reward terhadap kolaborasi.
Leader juga perlu peka terhadap area kritikal mana yang membutuhkan fasilitasi terhadap kolaborasi. Apakah di kantor pusat dengan afiliasinya? Apakah di tim engineering dan sales? Dengan demikian, kita tidak kehabisan energi dengan mengurusi segala hal yang barangkali hanya memberi sedikit impact.
Terakhir, tim bisa semakin terdorong untuk berkolaborasi ketika ia melihat dunia di luar sana juga melakukannya. Undanglah pihak eksternal dari ragam industri dan praktisi yang telah menghasilkan kolaborasi-kolaborasi menarik dan menguntungkan. Minta mereka untuk berbagi keahlian dan pengalamannya di organisasi Anda. Ini akan menjadi inspirasi bagi tim Anda.
Bisa jadi peluang Anda untuk menghidupkan tim 4.0 dan pandai berkolaborasi berawal dari pertemuan yang akan diadakan Kubik Leadership tanggal 13 Desember 2018 mendatang. Pastikan Anda hadir untuk menyimak topik hangat tentang Human Being Empowerment (HC 4.0) dengan mendaftar di 021-7813030.