Monday Knowledge: Dimana Hatimu, Wahai Pemimpin
- 15/11/2022
- Posted by: Kubik Leadership
- Category: Articles
Kubik Leadership / Lead For Impact
Langkah Khalifah Umar terhenti di dekat sebuah tenda lusuh di tengah padang pasir yang gersang. Suara tangis seorang gadis kecil di tengah malam mengusik perhatiannya. Khalifah Umar lantas mengajak Aslam, sahabatnya mendekati tenda itu dan memastikan apakah penghuninya butuh bantuan.Ternyata seorang anak sedang menangis karena kelaparan bersama dengan ibunya yang duduk di depan tungku dan mengaduk aduk bejana. Rupanya, untuk meredakan tangis anaknya yang sudah tidak makan berhari hari, sementara tidak ada sedikitpun bahan makanan yang mereka miliki, Ibu itu sengaja memasak batu dalam air agar anaknya terhibur dan berpikir ibunya sedang memasak sesuatu. Saat itu musim paceklik, makanan pun sangat sulit ditemui.
Peristiwa itu sungguh mengguncang hati khalifah Umar. Ia pun bergegas pergi ke Baitul Mal yang jaraknya cukup jauh, segera mengambil sekarung gandum, sepotong paha kambing dan memikulnya sendiri. Sahabatnya mengingatkan Umar untuk meminta bantuan para pengawal. Tapi, Umar bersikeras membawanya sendiri karena sebagai pemimpin adalah tanggung jawabnya memastikan seluruh rakyat di bawah kepemimpinannya tidak ada yang kelaparan. “ Alangkahnya zalimnya aku, rakyatku menderita sementara aku tidak mengetahuinya”. Hal ini di bantah oleh sahabatnya, ‘ Wahai Umar, sungguh aku bersaksi, Engkau adalah pemimpin hebat yang penuh kasih sayang. Setiap malam engkau tidur belakangan setelah engkau memastikan seluruh rakyatmu dalam keadaan baik. Hanya karena tadi kita berjalan lebih jauh hingga ke daerah perbatasan, bukan salahmu jika engkau tidak mengetahui ada sebuah keluarga yang kelaparan”. Kata kata itu tidak menyurutkan langkah Umar, ia tetap memikul sendiri karung gandum itu dan dengan kerendahan hati memohon maaf pada wanita itu. Wanita itu pun mengucapkan terimakasih, Ia tidak tahu, laki laki yang berada di hadapannya yang sedang membawakan makanan dan memohon maaf, adalah seorang amirul mukminin, penguasa tertinggi negeri itu.
Pada saat hijrah dari Mekah ke Madinah, banyak pengikut Rasulullah yang jatuh sakit, akibat beratnya medan yang harus mereka lewati dan tandusnya daerah baru yang mereka kunjungi, disamping banyak persoalan berat yang dihadapi. Salah satunya perasaaan sedih karena harus berpisah dengan keluarga besar dan kampung halaman yang selama ini tempat mereka dibesarkan dan beraktivitas sehari hari, hingga terbatasnya harta dan kurangnya bahan makanan.
Setiap malam, Rasulullah SAW bermunajat agar Allah segera mengangkat penyakit para sahabat dan pengikutnya, dan menguatkan hati mereka untuk tetap teguh memegang agama Allah. Beliau juga senantiasa memberikan keyakinan kepada para sahabat agar tidak patah semangat dan rutin mengunjungi mereka satu persatu memastikan rombongan dalam keadaan baik. Bahkan beliau sering membagikan makanan dan buah buahan sebagai bentuk perhatian dan dorongan moril dan membantu jika ada yang sakit. Seorang pemimpin mulia yang telah menghabiskan seluruh harta bendanya untuk perjuangan dan merelakan dirinya untuk umat.
Bukan hanya pada para pengikutnya, perhatian, kasih sayang Rasulullah pun ditunjukkan untuk mereka yang memusuhinya. Tidak terbilang berapa banyak orang yang mencaci makinya, namun ia tidak pernah marah, tetap bersabar dan terus melayani. Kisah pengemis buta yang selalu melontarkan kata kata tak baik mengenai nabi Muhammad, tidak mengurangi sikap lemah lembutnya. Setiap hari ia datang dan menyuapi pengemis itu dengan makanan yang sebelumnya telah ia haluskan, agar pengemis tua itu lebih mudah memakannya.
Kisah kedua pemimpin tersebut memberikan pelajaran mendalam pada kita. Sebaik baiknya seorang pemimpin, adalah pemimpin yang memiliki compassion, atau rasa kasih sayang. Nabi Muhammad, hingga saat ini masih mendapatkan tempat di hati jutaan orang di seluruh dunia, begitu juga Umar dikenal pemimpin yang sangat kuat namun berhati lembut yang berhasil membawa perekonomian, sistim hukum masyarakatnya jauh lebih baik. Begitu juga sebaliknya jika seorang leader tidak memiliki hati, perasaan dan kasih sayang, pengikutnya tidak akan respek. Kepemimpinannya tinggal menunggu waktu untuk hancur. Berapa banyak pemimpin dunia yang akhirnya jatuh bukan karena musuh dari luar, tapi karena desakan rakyat yang memintanya turun.
Dalam sebuah perusahaan, tugas pemimpin selain managerialship yang tak kalah pentingnya adalah leadership. Salah satu unsur leadership adalah memimpin dengan kasih sayang. Davidji, seorang mindful performance trainer dan ahli kesehatan kebugaran yang diakui secara global, juga penulis terlaris yang memiliki buku best seller – menyebutkan Kasih sayang kadang disalahsartikan dengan emosi. Kasih sayang sesungguhnya adalah kemampuan untuk memiliki simpati, empati dan dengan penuh kesungguhan berusaha mengurangi kondisi yang tidak diinginkan tersebut. Bagi pemimpin, bagaimana ia dapat menangkap apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan dan keinginan tim. Kemudian berusaha bersimpati atas kondisi yang terjadi, ber empati dengan perasaan tim dan dengan sungguh sungguh berusaha mengurangi atau menghilangkan hal hal atau kondisi yang tidak diinginkan oleh tim.
Selanjutnya, Lolly Daskal, penasehat untuk para CEO yang termasuk dalam 500 fortune perusahaan terbaik di seluruh dunia, juga pendiri Lead From Within- perusahaan yang memiliki program khusus untuk para pemimpin dan pengembangan organisasi menyampaikan ada beberapa hal yang bisa dilakukan seorang pemimpin dalam menerapkan Compassion, yaitu
- Mengubah pembicaraan. Yang sebelumnya lebih banyak berfokus pada “ saya” , kini beralih dangan “ Anda” dan “ kita”.
- Membangun budaya kolaboratif, dengan melibatkan seluruh tim untuk berbagi visi dan tujuan organisasi dan membantu tim menciptakan langkah langkah konkrit mencapai tujuan
- Menunjukkan perhatian, lebih mendengarkan dan memahami tim dengan meluangkan waktu lebih banyak berbicara dan diskusi santai dengan tim. Dari sini muncul hal hal baru konstruktif dan tim pun lebih berkomitmen melakukan pekerjaannya dengan baik.
- Selalu bersikap positif dan memiliki mental positif sehingga tim merasa nyaman dan aman dalam memberikan masukan
- Menjalankan apa saja yang sudah menjadi hasil keputusan dan diskusi bersama tim. Hal ini dapat menginspirasi tim dan tim tidak akan pernah lupa atas kesungguhan pemimpin menjalankan komitmen.
Jadilah pemimpin yang memiliki hati, karena melalui hati lah, Engkau dapat memenangkan peperangan !
Salam SuksesMulia