Monday Knowledge : Inilah Cara Menyiapkan Millenials Menjadi Pemimpin
- 30/10/2022
- Posted by: Kubik Leadership
- Category: Articles
Kubik Leadership / Lead For Impact
Milenial, mereka yang lahir antara tahun 1981–1997 akan mendominasi jumlah tenaga kerja hingga 50% di tahun 2020. Bill George dan Stephen Urban mengungkapkan hal ini di situs berita HuffPost. Sebuah pertanyaan penting pun hadir, apakah mereka siap menjadi pemimpin?
Jika kita berselancar di situs pencarian, kita akan menemukan pro kontra terhadap pertanyaan ini. Situs CBNC sampai mengeluarkan paparan yang berjudul: Apakah Millenials Siap Menjadi Pemimpin? Tergantung Anda Bertanya Pada Siapa.
Semoga saja kita yang belum yakin milenial siap memimpin, melanjutkannya dengan kesadaran sejauh mana perusahaan kita telah fokus berupaya mengembangkan talenta mudanya. Survey Deloitte 2016 menyampaikan bahwa 63% milenial merasa keterampilan kepemimpinannya tidak dikembangkan di tempat mereka bekerja. Dari sekian banyak keterampilan kepemimpinan yang perlu dikuasai, apa yang sesungguhnya perlu menjadi prioritas pada saat ini?
Milenial ternyata memiliki tantangan untuk melatih dirinya dalam bertindak tegas tanpa selalu memiliki arahan yang jelas dan kepastian. Tantangan ini adalah salah satu yang krusial bagi pemimpin dalam era digitalisasi bisnis saat ini menurut Global Leadership Forecast 2018. Milenial menilai dirinya cukup rendah yaitu peringkat 7 dimana peringkat 1 artinya ia merasa sangat siap sementara 9 artinya sangat tidak siap.
Milenial bisa melatih kemampuan bertindak tegas dengan membiasakan diri mengambil keputusan di keseharian kerja, sekecil apapun itu. Dengan memasukkannya ke dalam personal project untuk pengembangan dirinya, milenial dapat diminta untuk berbagi satu pengambilan keputusan yang ia lakukan dan apa yang ia pelajari dari pengalaman itu di sebuah platform pembelajaran tiap minggu. Atasan kemudian menjadikannya sebagai bahan diskusi bersama.
Atasan juga dapat memberikan ruang dimana milenial memiliki otoritas mengambil keputusan dan bertanggung jawab atasnya. Umpan balik yang terus terang, spesifik, dan segera dibutuhkan atas efektivitas keputusan tersebut. Dengan demikian, milenial dapat segera pula memperbaikinya pada kesempatan berikut.
Apa yang perlu diperhatikan saat mendampingi milenial berlatih? Psikolog organisasi, Nick Tasler, menyebutkan tiga aspek penting dalam proses pengambilan keputusan yaitu; pengumpulan data, kolaborasi, dan berpikir kritis. Namun yang perlu diingat, ketiga aspek itu menjadi sia-sia ketika pengambilan keputusan tidak dilakukan sesuai dengan waktunya
Harapannya, milenial akan terbiasa mengambil resiko atas ketidakpastian atau kurangnya informasi yang dapat menjadi arahan baginya. Sebab ia punya batas waktu yang harus dipenuhi dan tidak ada keputusan yang ideal. Setiap keputusan pasti memiliki konsekuensi.
Lebih baik mengambil keputusan yang salah (kemudian memperbaiki dan memastikannya tidak berulang) ketimbang lambat mengambil keputusan dan kehilangan kesempatan sama sekali. Buah proses ini adalah kebijaksanaan bagi para milenial untuk bertindak tegas dengan pengambilan keputusan terbaik pada waktu yang dibutuhkan. Sebuah bekal yang sangat penting untuk menjadikannya sukses memimpin perusahaan.
Temukan pengetahuan dan artikel seputar leadership di https://www.linkedin.com/in/kubikleadership/