Kubik Leadership

Monday Knowledge: Lakukan Hal Ini, maka Hidup akan Jauh Lebih Baik

 

girl lift her hands to the sky and feel freedom 1204 253

“Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself.”

“Semua orang berpikir tentang mengubah dunia, namun tidak ada yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri.” – Leo Tolstoy

Sejak pertama kali hingga sudah berulang kali mendengar ungkapan ini, rasanya sama. Kok menohok sekali. Ada malu yang muncul ketika sadar bahwa selama ini lebih banyak geleng-geleng kepala melihat orang lain, situasi, ataupun lingkungan yang tidak baik versi sendiri. Lalu, sibuk ikut serta memberi solusi dengan komentar ‘seharusnya begini’ ‘seharusnya begitu’.

Mungkin saja kita tidak sekadar berkomentar. Bisa jadi, kita suka melakukan suatu tindakan nyata karena ingin mengubah sesuatu atau seseorang. Entah itu berusaha mengubah perilaku anak yang suka melawan, atau mengubah pasangan agar lebih pengertian, atau tim agar fighting spirit-nya meningkat, atau produk supaya lebih laris, dan sebagainya.

Sayangnya, yang terjadi justru kita frustasi. Sebab apa? Seperti tidak ada yang berubah. Kita merasa sudah berjuang keras, sudah melakukan apa saja untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, namun sia-sia. Ini bukan masalah satu dua orang, melainkan banyak sekali. Biasanya terjadi terus-menerus secara otomatis, bila tidak ada pemicu yang kuat untuk melakukan cara lain.

Cara lain yang sederhana namun seringkali terlupakan. Cara lain yang sederhana, namun terabaikan dianggap mudah. Padahal sederhana belum tentu mudah. Sederhana memerlukan proses latihan dan praktik yang berkelanjutan. Cara apa itu? Kita lihat kembali ungkapan yang disampaikan Leo Tolstoy. Ya, beralihlah pada mengubah diri sendiri.

Tolstoy memilih kata tidak ada yang berpikir untuk mengubah diri. Namun kenyataannya ada. Diduga ia menggunakan ‘tidak ada’ sebagai bentuk sindiran keras sebagai pengingat bagi kita. Kita bisa melihat si kembar Lena dan Leni, Atlet sepak takraw putri yang sukses meraih medali perunggu di ajang Asian Games 2018. Nama mereka menjadi harum karena latar belakang kehidupan mereka yang menarik. Berjuang dari titik nol hingga kini mencapai sukses sebagai atlet.

“Dari sekolah sampai SMA ikut takraw, soalnya kalau di SMA itu kalau yang ikut takraw itu pada gratis sekolahnya. Kebetulan kan pelatih juga tau ada bakat, jadi ikut takraw.” Begitu yang disampaikan Lena seperti yang dilansir di akun Youtube Kemenpora. Kehidupan Lena dan Leni sebelumnya tidak mudah. Untuk membantu orang tua yang penghasilannya tidak seberapa, mereka bekerja di sawah atau menjadi buruh cuci. Agar memiliki sepatu untuk bersekolah dan latihan takraw, mereka mengais sampah di tanggul sungai.

lena leni 20180814 151159

Lena dan Leni tidak menghabiskan waktunya untuk mengubah hal-hal di luar dirinya. Mereka tidak mengeluh pada orang tuanya agar berubah, punya penghasilan lebih tinggi. Mereka tidak pula meminta lingkungan atau pemerintah berubah, melakukan sesuatu agar mereka bisa hidup lebih enak. Yang Lena dan Leni lakukan adalah mengubah diri mereka sendiri. Bagaimana agar saya bisa meneruskan pendidikan, bagaimana agar keluarga saya bisa bertahan hidup, bagaimana agar saya bisa berprestasi.

Dengan fokus mengubah diri sendiri, Lena-Leni membuktikan bahwa mereka bisa sukses. Bahkan perubahan mereka membawa pengaruh lebih luas dari yang mereka bayangkan. Orang tua mereka dapat berhaji di tahun 2014. Kini kisah mereka menjadi inspirasi bagi begitu banyak anak muda Indonesia untuk menembus keterbatasan dan menggapai impiannya. Ternyata banyak perubahan positif terjadi berawal dari perubahan diri sendiri.

Demikian pula pada ranah organisasi bisnis dan praktek leadership. Dari riset tahunan yang dilakukannya, McKinsey yakin bahwa perubahan organisasi tidak bisa dipisahkan dengan perubahan individu. Sederhananya, usaha perubahan biasanya tersendat-sendat, sebab pelakunya abai untuk membuat perubahan fundamental di dalam dirinya sendiri.

Neil Kokemuller, seorang professor marketing turut menegaskan bahwa problematika seperti rendahnya pencapaian finansial, tidak adanya sinergi, etika kerja yang menurun, sampai dengan meroketnya pengunduran diri pada organisasi bisnis ternyata erat hubungannya dengan kepemimpinan yang tidak efektif. Ketika para Leader memulai perubahan dari dirinya sendiri, perbaikan demi perbaikan pun turut berjalan di dalam perusahaan.

Bila Al Fatih tidak menempa dirinya sedemikian kuat sejak masih sangat muda, barangkali benteng konstantinopel tidak akan pernah bisa ditaklukan. Bila Lena – Leni tidak mengubah dirinya melalui sepak takraw, barangkali Indonesia tidak berkesempatan mendapatkan medali di Asian Games 2018. Bila Handry Satriago tidak mengubah dirinya dengan mengejar karier meski berada di kursi roda, barangkali Indonesia tidak punya anak bangsa yang berhasil menduduki posisi CEO di General Electric Company, salah satu perusahaan terbesar dan tertua di dunia. Bersama merekakah Anda bergabung? Sebab barisan ini adalah barisan yang berbeda.

Barisan ini melihat bahwa mengubah diri adalah cara untuk meraih keberhasilan yang sangat powerful ketika bisa dikuasai. Cara yang sering terlewatkan sebab kita sering sibuk dengan hal-hal di luar diri kita. Temukan pemicu Anda dan praktekkan hingga Anda menguasainya. Nah, acara ini dapat menjadi arena berlatih yang efektif bagi Anda:

Kubik Leadership Public Training

Leadership’s Highest Calling – Unlocking The Potential of Other, but it Starts with You

24-25 September 2018

Hotel Ibis Tamarin Jl KH. Wahid Hasyim No. 77 Jakarta

Informasi: Bilkis (082111645316) / Alnisa (081295421914)

Beberapa hari lagi! Sudahkah Anda registrasi?

 



Leave a Reply

Open chat
1
Salam SuksesMulia,

Terima kasih telah mengunjungi Kubik Leadership - HR partners specializing in Leadership and Personal Development.

Ada yang bisa kami bantu untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis Anda?

klik icon whatsapp dibawah ini.