Story Telling Dalam Bisnis
- 22/10/2022
- Posted by: Kubik Leadership
- Category: Articles
Kubik Leadership / Innovate For Impact
Akhir-akhir ini, saya sering diundang di acara kick off berbagai perusahaan. Sebelum saya memberikan inspirasi bagi pimpinan perusahaan tersebut, saya biasanya ikut mendengarkan presentasi dari pimpinan tertinggi perusahaan itu. Ada yang presentasinya dipenuhi angka-angka pencapaian tahun sebelumnya dan angka-angka target yang hendak dicapai tahun berjalan.
Ada pula, pimpinan yang menyajikan hanya sedikit angka namun banyak menyajikan cerita dan kisah di balik angka-angka tersebut. Kira-kira menurut Anda mana yang presentasinya lebih menarik? Mana yang mudah dipahami? Mana yang berpeluang besar mencapai target?
Karena saya berada di ruangan itu, saya bisa merasakan dan membedakan energi peserta. Ternyata, presentasi bisnis yang disertai cerita jauh lebih menarik dan berenergi serta mudah diingat oleh peserta termasuk saya. Saya pun akhirnya penasaran mencari tahu tentang kekuatan story telling dalam bisnis.
Cerita ternyata mempunyai banyak kekuatan yang dahsyat untuk menggerakkan bisnis. Mengapa cerita punya kekuatan? Ada beberapa alasan. Pertama, cerita membuat sang pendengar dan pencerita memiliki gelombang yang sama atau satu hati. Apabila digunakan dalam penjualan akan memudahkan closing, apabila digunakan dalam presentasi bisnis membuat banyak orang lebih bersemangat.
Kesimpulan di atas adalah hasil dari riset yang dilakukan oleh Greg J. Stephens, Lauren J Silbert dan Uri Hasson dari Princeton University.
Kedua, cerita bisa mengubah perasaan, sikap dan perilaku dengan cara yang sangat halus. Mengapa ini bisa terjadi? Karena saat cerita yang ditampilkan sang pencerita tepat, akan membuat audience memproduksi tiga hormon yang dominan yaitu hormon cortisol, oxytocyn, dan dopamine.
Hormon cortisol membuat para pendengar fokus kepada pencerita dan mendengarkan sepenuh hati. Hormon oxytocyn yang sering disebut hormon cinta memunculkan empati dan membuat pendengar fokus pada cerita dan sang pencerita. Sementara hormon dopamine akan membuat sang pendengar lebih optimis dan terdorong untuk action.
Ketiga, cerita 22 kali lebih diingat dibandingkan data dan angka. Kesimpulan ini datang dari Jennifer Aeker, seorang profesor marketing dari Standford University. Apalagi untuk orang Indonesia, cerita, dongeng, kisah adalah hal yang sangat dicintai orang Indonesia. Untuk itu tontonan, sinetron, sandiwara lebih disukai dibandingkan diskusi ilmiah yang menyajikan angka dan data.
Saatnya Anda membangun bisnis dan karir dengan kekuatan cerita, Anda menjadi story teller atau pencerita yang bisa membunyikan angka menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan mempunyai kekuatan untuk menggerakkan tim Anda. Selamat mencoba.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Informasi training, coaching dan consulting: hubungi 021-781-3030 atau 082-111-999-022
Subscribe Inspirasi Leadership Jamil Azzaini di Youtube Channel Kubik Leadership